APA ITU SONIFIKASI?



Sonifikasi adalah prosespemberian energi gelombang ultrasonik pada suatu bahan (larutan atau campuran), sehingga bahan tersebut dapat dipecah menjadi bagian yang sangat kecil.

Di laboratoriumm, sonifikasi dilakukan dengan bantuan alat yang disebut sonikator. Pada alat pembuatan kertas, juga terdapat alat yang memancarkan gelombang ultrasonik pada serat selulosa, sehingga tersebar lebih merata dan menjadikan kertas lebih kuat.

Sonifikasi dapat digunakan untuk produksi nanopartikel seperti nanoemulsi dan nanokristal. Sonifikasi juga dapat mempercepat ekstaksi (pengambilan) minyak dari dalam jaringan tumbuhan dan pemurnian minyak bumi.

Pada aplikasi biologis, sonifikasi sering digunakan untuk merusak atau menonaktifkan material organik. Misalnya saja merusak membran sel dan melepaskan isi selulernya atau yang dikenal dengan istilah sonoporasi.

sumber: http://ruanasagita.blogspot.co.id/2018/02/apa-itu-sonifikasi.html


Pengujian Ultrasonic

Pengujian terhadap Sambungan Las pada Tiang Pancang

Tujuan pengujian ultrasonic adalah melakukan pengujian terhadap kualitas las yang digunakan untuk menyambung dua pipa tiang pancang. Pengujian
dilakukan dengan standart ANSI/AWS.DI.I (Structural Welding Code, 2002 Edition) dan Ultrasonic Examination Procedure for Steek Structure. (Doc No: UT22 HH).
Pengujian dengan menggunakan satu unit pesawat Ultrasonic model USK 7
Krautkramer dengan dilengkapi probe normal, probe sudut 70ยบ Block kalibrasi V1 dan V2. Coupant yang digunakan adalah CMC. Pengujian material dengan metode ultrasonic digunakan gelombang transversal maupun longitudinal. Kedua gelombang tersebut dibangkitkan oleh suatu probe (transduser) yang juga berfungsi sebagai penerima gelombang.
Prisip dasar pengujian sambungan las tiang pancang dengan adalah dengan ultrasonic test merambatkan gelombang ultrasonic ke dalam material yang akan diuji melalui transducer probe.Apabila gelombang tersebut mengenai bidang yang tegak lurus dengan arah gelombang, maka akan dipantulkan kembali dan diterima oleh transducer probe dalam bentuk pulsa pada layar CRT (monitor ultrasonic) yang merupakan pulsa cacat (defecta) atau pulsa pantulan balik dari dinding belakang.
Pengujian Beban pada Tiang Pancang Baja
PDA test bertujuan untuk memverifikasikan kapasitas daya dukung tekan pondasi tiang pancang terpasang. Dari hasil-hasil pengujian akan didapatkan informasi besarnya kapasitas dukung termobilisir dengan faktor keamanan 2, dan dipakai untuk menilai apakah beban kerja rencana dapat diterima oleh tiang terpasang.
Pelaksanaan
Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945, yang dilakukan dengan memasang dua buah sensor yaitu strain transduser dan accelerometer transduser pada sisi tiang dengan posisi saling berhadapan, dekat dengan kepala tiang. Kedua sensor tersebut mempunyai fungsi ganda, masing-masing menerima perubahan percepatan dan regangan. Gelombang tekan akan merambat dari kepala tiang ke ujung bawah tiang (toe) setelah itu gelombang tersebut akan dipantulkan kembali menuju kepala tiang dan ditangkap oleh sensor. Gelombang yang diterima sensor secara otomatis akan disimpan oleh komputer. Rekaman hasil gelombang ini akan menjadi dasar bagi analisa dengan menggunakan program TNOWAVE-TNODLT, di mana gelombang pantul yang diberikan oleh reaksi tanah akibat kapasitas dukung ujung dan gerak akan memberikan kapasitas dukung termobilisasi (mobilized capacity). Hasil Pengujian Angka penurunan yang diambil sebagai immediate displacement (perpindahan sesaat) saat beban mencapai kapasitas dukung dengan faktor keamanan (FK) = 2, dan tidak menyatakan penurunan konsolidasi. Beban kerja yang diharapkan per-tiang adalah 140 ton.
Dari hasil uji pembebanan dinamis meliputi kapasitas dukung termobilisasi, yang besarnya ditentukan oleh beban dan energi, maka kapasitas dukung termobilisasi dengan FK=2 yang dihasilkan dinilai memenuhi target beban rencana dengan penurunan (displacement) dan masih dalam batas yang aman.

sumber: http://bpws.go.id/index.php/pengendalian-mutu/item/206-pengujian-ultrasonic
TERAPI ULTRASONIK
Terapi ultrasound adalah metode pengobatan yang menggunakan teknologi ultrasound atau gelombang suara untuk merangsang jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Walaupun telah lama digunakan di bidang kedokteran untuk berbagai tujuan, teknologi ultrasound lebih dikenal sebagai alat pemeriksaan daripada sebagai alat terapi. Salah satu keuntungan terapeutik dari ultrasound yang belum terlalu dikenal adalah pengobatan cedera otot. Oleh karena itu, terapi ultrasound sering digunakan dalam pengobatan muskuloskeletal dan cedera akibat olahraga.
Keberhasilan penggunaan teknologi ultrasound sebagai alat terapi bergantung pada kemampuannya untuk merangsang jaringan yang ada di bawah kulit dengan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi, mulai dari 800.000 Hz – 2.000.000 Hz. Efek penyembuhan dari ultrasound pertama ditemukan pada sekitar tahun 1940. Awalnya, terapi ini hanya digunakan oleh terapis fisik dan okupasi. Namun, saat ini penggunaan terapi ultrasound telah menyebar ke cabang ilmu kedokteran lainnya.

Siapa yang Perlu Menjalani Terapi Ultrasound dan Hasil yang Diharapkan

Saat ini, terapi ultrasound lebih banyak digunakan dalam pengobatan cedera muskuloskeletal. Pasien yang dapat memanfaatkan teknologi ultrasound sebagai terapi muskuloskeletal adalah mereka yang menderita penyakit berikut:
  • Plantar fasciitis (peradangan pada fascia plantar di tumit)
  • Siku tenis
  • Nyeri pada bagian bawah punggung
  • Penyakit temporomandibular
  • Ligamen yang terkilir
  • Otot yang tegang
  • Tendonitis (peradangan tendon)
  • Peradangan sendi
  • Metatarsalgia (peradangan sendi metatarsal di telapak kaki)
  • Iritasi sendi facet
  • Sindrom tabrakan (impingement syndrome)
  • Bursitis (peradangan bursa/kantung cairan sendi)
  • Osteoartritis (pengapuran sendi)
  • Jaringan luka
  • Artritis reumatoid
Namun, tergantung pada cara dan tingkat penggunaan terapi ultrasound, terapi ini juga dapat digunakan untuk menangani penyakit yang serius dan kronis seperti kanker. Jenis metode terapi ultrasound antara lain adalah:
  • Lithotripsi (untuk menghancurkan batu di saluran kemih)
  • Terapi kanker
  • Pemberian obat tepat sasaran dengan ultrasound
  • Ultrasound Intensitas Tinggi (High Intensity Focused Ultrasound/HIFU)
  • Pemberian obat dengan ultrasound trans-dermal
  • Penghentian pendarahan (hemostasis) dengan ultrasound
  • Trombolisis dengan bantuan ultrasound
Setelah dipancarkan pada bagian tubuh yang membutuhkan pengobatan, teknologi ultrasound akan menyebabkan dua efek utama: termal dan non-termal. Efek termal disebabkan oleh penyerapan gelombang suara ke jaringan halus tubuh, sedangkan efek non-termal disebabkan oleh microstreaming, streaming akustik, dan kavitasi, atau akibat bergetarnya jaringan yang menyebabkan terbentuknya gelembung mikroskopis.

Cara Kerja Terapi Ultrasound

Terapi ultrasound memiliki banyak tingkat, tergantung pada frekuensi dan intensitas dari suara yang digunakan. Tingkat keragaman yang tinggi ini sangat menguntungkan untuk alat terapeutik karena terapis dapat menyesuaikan intensitas terapi agar sesuai dengan penyakit yang ditangani. Namun pada dasarnya terapi ultrasound bekerja dengan menggunakan gelombang suara yang ketika dipancarkan pada bagian tertentu tubuh dapat meningkatkan suhu dari jaringan tubuh yang rusak.
Untuk pengobatan muskuloskeletal, terapi ultrasound bekerja dengan tiga cara:
  • Mempercepat proses penyembuhan dengan memperlancar aliran darah di bagian tubuh yang mengalami gangguan.
  • Menyembuhkan peradangan dan edema (penimbunan cairan), sehingga dapat mengurangi rasa sakit.
  • Memperlunak jaringan luka
Terapi ultrasound juga dapat digunakan untuk:
  • Menghancurkan timbunan zat asing di dalam tubuh, seperti timbunan kalkulus, mis. batu ginjal dan batu empedu; ketika telah dipecahkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, dapat dikeluarkan dari tubuh dengan aman dan mudah
  • Meningkatkan proses penyerapan dan keberhasilan obat di bagian tubuh tertentu, mis. memastikan bahwa obat kemoterapi mengenai sel kanker otak yang tepat
  • Menghilangkan timbunan kotoran ketika tindakan pembersihan gigi
  • Membantu sedot lemak, mis. sedot lemak dengan bantuan ultrasound
  • Membantu dalam skleroterapi atau perawatan laser endovenous, yang dapat digunakan sebagai metode penghilangan varises non-bedah
  • Memicu agar gigi atau tulang dapat tumbuh kembali (hanya ketika menggunakan denyut ultrasound intensitas rendah)
  • Menghilangkan penghalang darah di otak (blood-brain barrier) agar obat dapat diserap tubuh dengan baik
  • Bekerja bersama antibiotik untuk menghancurkan bakteri
Untuk mendapatkan manfaat dari terapi ini, ultrasound harus dipancarkan pada kulit dari bagian tubuh yang mengalami kerusakan dengan menggunakan transduser atau alat yang dirancang khusus untuk terapi ini. Saat gelombang suara telah dipancarkan, gelombang tersebut akan diserap oleh jaringan halus tubuh, seperti ligamen, tendon, dan fascia.

Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Terapi Ultrasound

Walaupun teknologi ultrasound telah banyak digunakan, namun tetap ada panduan cara penggunaan ultrasound yang aman. Panduan ini bertujuan untuk mencegah risiko tertentu yang dapat terjadi, sekecil apapun kemungkinannya. Risiko tersebut meliputi:
  • Luka bakar akibat terapi ultrasound
  • Pendarahan akibat terapi mekanis
  • Efek biologis yang tidak terlalu berpengaruh namun tidak dapat diperkirakan
Namun, karena terapi ultrasound hanya menggunakan gelombang suara sebagai komponen utama dalam pengobatan, terapi ini tidak memiliki risiko bahaya seperti terapi lainnya seperti bahaya dari terapi radiasi. Selain itu, pasien tidak berisiko terkena kanker, walaupun terapi ultrasound dilakukan berkali-kali dan jumlah gelombang suara yang dikenakan pada pasien bertambah.
Untuk memastikan keamanan dan keselamatan pasien, risiko dan keuntungan dari terapi ultrasound harus dicermati dengan seksama. Sebelum menjalani terapi ultrasound, pasien harus membandingkan keuntungan yang bisa didapatkan dengan risiko yang bisa terjadi. 

“SISTEM SONAR”. Sonar sendiri merupakan kepanjangan dari SOUND NAVIGATION AND RANGING.
Untitled picture
Cara kerja manusia untuk mengukur kedalaman laut dengan menggunakan system sonar adalah sebagai berikut :
  1. Sebuah kapal dilengkapi dengan piranti berupa Echo Sounder dan Hidrofon.
  2. Echo Sounder mengeluarkan bunyi dengan frekuensi tinggi diarahkan pada dasar laut.
  3. Gelombang bunyi akan merambat hingga sampai di dasar laut, setelah itu akan dipantulkan kembali ke kapal sebagai bunyi gema (echo).
  4. Bunyi gema (echo) ditangkap kembali oleh kapal melalui piranti Hidrofon.
  5. Pengamat mengukur waktu yang dibutuhkan oleh bunyi sejak pertama kali dikeluarkan dari Echo Sounder hingga bunyi echo tertangkap oleh hidrofon.
Dari proses tersebut, pengamat akan mendapatkan selang waktu yang dibutuhkan dari awal bunyi dipancarkan (melalui Echo Sounder) hingga bunyi tertangkap (melalui Hidrofon). Karena kecepatan rambat bunyi yang dipancarkan pada air laut tersebut telah diketahui sebelumnya (1.500m/s) dan dalam perambatannya bunyi tersebut harus mengalami pemantulan dan perambatan pada jarak tempuh yang dianggap sama (jarak tempuh bunyi dari Echo Sounder ke dasar laut = jarak tempuh bunyi dari dasar laut ke Hidrofon= l), maka total jarak tempuh bunyi tersebut adalah 2l. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Untitled pictureSeperti yang kita ketahui bahwa V= S/t sehingga S = V.t, maka dalam pengukuran kedalaman laut dengan menggunakan sistem sonar tersebut, karena S= 2l, sedangkan kedalaman laut hanyalah l (jarak tempuh bunyi dari Echo Sounder ke dasar laut atau jarak tempuh bunyi dari dasar laut ke Hidrofon, maka :
Untitled picture
Sehingga, untuk menentukan kedalaman laut, pengamat dapat melakukan perhitungan dengan menggunakan perumusan tersebut (l   =  ( v x t ) : 2 ).
Untitled picture


Ultrasonografi (USG)

 Ultrasonografi diagnostik adalah teknik pencitraan non-invasiv yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi (lebih besar dari 20 kilohertz/ kHz). Pada USG terdapat sebuah alat yang disebut dengan tranducer yang berfungsi untuk mengirimkan dan menerima kembali gelombang suara yang bervariasi dari berbagai jaringan di dalam tubuh. Transduser ini diletakan di kulit pasien dengan lapisan tipis dari gel. Ketika gelombang suara dikirimkan maka sebagian gelombang akan diteruskan dan sebagian akan dipantulkan kembali. Gelombang suara yang dipantulkan inilah yang akan ditangkap kembali oleh tranduser yang kemudian diubah menjadi gelombang listrik dan diterjemahkan. Besar gelombang kemudian menghasilkan gambarannya masing-masing, dengan echo/ gelombang yang kuat akan menghasilkan gambaran putih, sedangan echo yang lemah akan menghasilkan gambaran mendekati hitam. Untuk jarak pun dapat diperhitungkan oleh ultrasonografi ini dengan waktu penjalaran gelombang tersebut.
doktersehat-hamil-tes-usg

Meskipun ultasonografi memiliki kelebihan yaitu pemeriksaan yang non-invasif (tidak memerlukan tindakan pembedahan, dll), namun pemeriksaan ultrasonografi ini juga memiliki kekurangan. Kekurangannya diantaranya keterbatasan dalam memvisualisasikan organ abdomen yang letaknya di garis tengah contoh pankreas dan juga ketidak mampuan dari gelombang suara untuk menembus gas dan tulang. Ultrasonografi inipun sangat bergantung kepada operator di dalam penggunaannya.
Terdapat banyak penggunaan umum pada USG diantaranya pencitraan untuk abdomen/ perut (hati, kantung empedu, pankreas, ginjal), pelvis/ panggul (alat reproduksi wanita), janin (pemeriksaan rutin dapat memperlihatkan bila terdapat anomali), sistem vaskular (aneurisma, hubungan arteri vena, deep vein trombosis), tetis (tumor, terpelintir/ torsi, infeksi), payudara, otak anak (perdarahan, kelainan kongenital) dan dada (ukuran dan lokasi terkumpulnya cairan pleura). Selain itu USG dapat digunakan dalam pengarah intervensi misal pada biopsi lesi, drainase abses dan ablasi radiofrekuensi.

sumber: http://doktersehat.com/ultrasonografi-usg/


PEMBAHASAN
1.      Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor inderajalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatanpendengaran,penciumanpengecapan dan peraba.
2.      Sistem Indra Pada Hewan
A.    Sistem Indra pada Hewan Vetebrata
Veterbrata memiliki sistem indera yang lebih berkembang dari hewan invetebrata. Berikut ini penjelasan indera pada ikan, katak, burung dan mamalia.
1.      Sistem Indra pada Ikan
Ikan memiliki indera yang disebut gurat sisi, mata, alat pedengaran dan alat pencium. Gurat sisi berfungsi mengetahui perubahan air. Sehingga ikan mengetahui kedudukannya didalam air.
Indra yang berkembang baik pada ikan adalah indra pecium dan indra penglihat. Indra penglihatan pada ikan berupa sepasang mata yang dilindungi selaput yang tembus cahaya. Indera pencium pada ikan terdapat didekat mulutnya. Indera pendengar ikan hanya terdiri dari atas telinga dalam saja yang berfungsi sebagai organ pendengar dan alat keseimbangan indra pendengar ini kurang berkembang dengan baik.
2.      Sistem Indra pada katak
Pada katak indera penglihatan dan indera pencium berkembang lebih baik dari pada organ indera lainnya. Inder apenglihatan pada katak berupa mata yang dilindungi kelopak dan membran tembus cahaya yang disebut membran niktitans.
Membran ini berfungsi menjaga kelembaban mata selama didarat dan menghindari gesekan selama di air. Indera pendengar pada katak hanya terdiri dari telinga bagian tengaj dan telinga bagian dalam. Bagian telinga paling luar berupa selaput gendang telingan (Membran timpani) yng berfungsi menangkap getaran suara.
3.      Sistem Indra pada Reptil
Indera reptil yang berkembang dengan baik adalah indera pencium. Pada kadal dan ular, indera penciumnya terletak di langit- langit rongga mulutnya, berupa lubang- lubang kecil yang tepinya mengandung sel- sel saraf pencium.
4.      Sistem Indra pada Burung
Indera pada burung yang berkembang dengan baik adalah indera penglihatan yaitu mata. Mata burung dapat berakomodasi dengan baik. Burung yang hiduo dan mencari makanan pada malam hari pada retinanya banyak mengandung sel batang. Sedangkan burung yang hidup dan mencari makanan pada retinanya banyak mengandung sel kerucut.
Umumnya burung memiliki daya akomodasi yang sangat baik sehingga dapat melihat mangsanya dari jauh.
5.      Sistem Indra pada Mamalia
Indera mamalia umumnya berkembang dengan baik. Kepekaan indera pada masing- masing mamalia berbeda- beda misalnnya kuncing, anjing mempunyai indera pendengaran yang istimewa.
Selain indera pendengran, anjing memiliki indera pencium yang sangat tajam. Menangkap getaran bunyi setinggo 150.000 Hz.
B.     Sistem Indra Hewan Invertebrata
Sistem indera invetebrata masih sangat sederhana. Berikut inio dijelaskan sistem indera protozoa. Coulenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga.
1.      Sistem Indra pada Hewan bersel Satu (Protozoa)
Pada umumnya tidak memiliki indera, tetapi peka terhadap rangsangan cahaya. Bila ada cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh. Englena hanya memiliki alat menerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna merah didekat flagelnya. Bila ada cahaya tersebut.
2.      Sistem Indra pada Hewan Berongga (Coelenterata)
Hewan berongga seperti ubur- ubur memiliki sel- sel pigmen dan sel sensori yang peka tehadap cahay serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba.
3.      Sintem Indra pada Hewan Lunak (Mollusca)
Bekicot mempunyai dua pasang antena. Pada sepasang antenna yang panjang, diujungnya terdapat mata sebagai indra penglihatan, sedangkan sepasang antena yang pendek berfungsi sebagai indera peraba.
4.      Sistem Indra pada Cacing Pipih
Cacing pipih, contohnya planaria memiliki sepasang bintik mata pada bagian interior tubuhnya. Bintik mata tersebut sangat peka terhadap rangsangan cahaya. Planaria cenderung bergerak menjahui cahaya.
5.      Sistem Indra pada Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki indera penerima rangsangan yang cukup baik. Indera tersebut berada di permukaan tubuhnya dan hanya mampu membedakan gelap terang. Sel- sel yang sesitif terhadap rangsangan cahaya tersebut di lapisan kulit bagian dorsal,(atas), terutama pada bagian anterior (depan). Cacing tanah cenderung bergerak menjauhi cahaya. Cacing tanah juga peka terhadap rangsangan- rangsangan sentuhan, zat- zat kimia, dan suhu.
6.      Sistem Indra pada Serangga
 Serangga memiliki indera penglihatan berupa mata tunggal (oseli), mata majemuk (mata faset) dan ada pula yang memiliki keduanya. Mata tunggal umumnya berbentuk segitiga, mata majemuk terdiri dari ribuan alat penerima rangsangan cahaya yang disebut Omatidium. Setiap omatidiun terdiri dari lensa, sel konus, pigmen, sel fotoreseptor, dan jatuh tegak lurus pada lensa.
Apabila dibagi kedalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi kedalam tiga grup kelompok, yakni :
1.      Kemoreseptor
Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu indera pembau (hidung) dan indera pengecap (lidah).Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor padaantena invertebrata.
Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksizat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair. Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya.
Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah suatu bentukkemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem olfaktori, biasanya dalam konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau.
2.      Mekanoreseptor
Yaitu alata indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat, tegangan suara dan tekanan yakni indera peraba (kulit) dan indera pendengaran (telinga). Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri daritelinga, syaraf-syaraf, dan otak.
Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak.
3.      Photoreseptor/ Fotoreseptor
Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya seperti indera penglihatan atau mata. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata.
Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar.
BAB III
KESIMPULAN
Bagian dari koordinasi lain adalah sistem indera. Setiap organism memiliki alat indera pada tubuhnya. Indera adalah bagian dari tubuh yang mampu menerima rangsangan tertentu. Fungsi alat- alat adalah menerima berbagai rangsangan dari lingkungan di sekitarnya, kepekaan masing- masing indera tergantung dari masing- masing organisme
Alat indera kita merupakan asset terpenting tubuh kita oleh sebab itu jagalah kesehatan alat indera kita agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik.